“The Storyteller” karya Saki (Hector Hugh Munro) adalah sebuah cerita di dalam cerita. Berbeda dengan ‘cerita di dalam cerita’ umumnya, pesan yang ingin disampaikan “The Storyteller” ada di cerita ‘luar’nya. Untuk bisa memahami pesan dalam “The Storyteller” karya Saki, lebih baik langsung saja kita baca ceritanya.

Di sini saya akan coba menceritakan ulang “The Storyteller” karya Saki dalam bahasa Indonesia agar lebih mudah dipahami. Cerita di sini tidak sama persis dengan cerita aslinya, saya mencoba untuk menyederhanakannya.

Hector Hugh Munro atau Saki
Hector Hugh Munro atau Saki

Cerita Pendek “The Storyteller” karya Saki (Hector Hugh Munro)

Dalam sebuah kereta, ada tiga orang anak yang sedang melakukan perjalanan dengan bibi mereka. Hampir semua kalimat bibinya diawali dengan, “Jangan.” Sedangkan kalimat anak-anak diawali dengan “Mengapa?”

Saat salah satu dari ketiga anak itu mulai menepuk-nepuk kursi kereta hingga debu-debu berterbangan, bibi segera melarang dengan suara tegas, “Jangan, Cyril! Jangan!”

Saat anak-anak mulai bertingkah, bibi pun memanggil mereka dan menyuruh mereka untuk melihat pemandangan di luar. Namun, bukannya anak-anak itu menjadi diam, mereka semakin membuat bibi pusing. Ada banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang keluar dari mulut tiga orang anak tersebut.

“Mengapa gembala itu menyuruh domba-domba itu pergi ke padang rumput lainnya?” tanya seorang anak.

“Mungkin untuk mencari rumput lebih banyak,” jawab bibi mereka.

“Bukankah di padang rumput sebelumnya juga ada banyak rumput? Aku melihat banyak banyak banyak sekali rumput,” sahut anak yang lain.

“Mungkin rumput di padang yang lainnya lebih baik,” jawab bibi dengan geram.

“Mengapa lebih baik?” tanya anak yang lain.

Dan masih banyak pertanyaan dari ketiga anak itu tentang domba yang berpindah padang rumput.

“Lihatlah sapi-sapi itu,” kata bibi mencoba mengalihkan perhatian anak-anak. Namun, tetap tidak berhasil.

Saat itu, bibi menyadari seorang laki-laki yang duduk di seberang mereka menatapnya dan anak-anak dengan tajam. Bibi tidak menyukai tatapan itu, tapi dia sadar laki-laki tersebut terganggu dengan tingkah ketiga anak yang bersamanya.

Akhirnya bibi mencoba menenangkan anak-anak dengan menceritakan sebuah kisah. Bibi bercerita tentang seorang anak perempuan yang sangat baik dan disukai oleh semua orang di desanya. Pada akhirnya, anak perempuan tersebut diselamatkan dari seekor banteng yang mengamuk oleh orang-orang desa yang mengagumi karakter moralnya.

“Apakah mereka tidak akan menyelamatkannya kalau anak itu tidak baik?” tanya salah seorang anak, yang juga menjadi pertanyaan laki-laki yang sejak tadi ikut mendengarkan ceritanya.

“Ya,” jawab bibi mereka. “Mereka tidak akan lari menyelamatkannya jika mereka tidak menyukainya.”

“Itu cerita terbodoh yang pernah aku dengar,” kata anak yang lain.

“Aku tidak mendengarkan setelah kalimat pertama. Ceritanya sangat konyol,” timpal anak lainnya.

“Anda sepertinya tidak berhasil sebagai pencerita,” kata laki-laki yang sedari tadi menatap dengan tajam.

“Sangat susah menceritakan kisah yang dapat dipahami dan disukai oleh anak-anak,” jawab bibi itu merasa diserang oleh komentar yang sangat tiba-tiba.

“Saya tidak setuju,” jawab laki-laki tersebut.

“Kalau begitu, coba ceritakan sebuah kisah pada anak-anak ini,” tantang bibi.

“Ceritakan sebuah kisah,” kata seorang anak.

"The Storyteller" karya Saki
“The Storyteller” karya Saki

Lalu, laki-laki tersebut mulai menceritakan sebuah kisah.

“Ada seorang anak perempuan yang sangat sangat baik Bernama Bertha,” katanya mengawali cerita yang langsung menarik perhatian ketiga anak tadi.

“Anak perempuan selalu melakukan yang diminta. Dia selalu jujur. Bajunya selalu bersih dan rapi. Memakan pudding susu seolah-olah itu jam tarts. Belajar dengan sempurna. Dan sangat sopan.” Lanjut laki-laki itu.

“Apakah dia cantik?” tanya seorang anak.

“Tidak secantik kalian,” jawabnya. “Tapi dia benar-benar sungguh baik.”

“Dia sangat baik, hingga mendapatkan semua medali kebaikan. Ada medali ketaatan, medali untuk tepat waktu, dan medali untuk tingkah laku baik. Ketiga medali itu besar dan terbuat dari besi sehingga saling berdenting saat Bertha berjalan. Tidak ada satu anak pun di kota itu yang memiliki medali sebanyak Bertha, sehingga semua orang tahu bahwa dia adalah anak yang sangat sangat baik.”

“Sangat sangat baik,” Cyril mengulang kata-kata laki-laki itu.

Laki-laki tersebut melanjutkan, “Semua orang membicarakan kebaikan Bertha hingga pangeran di negara itu mendengarnya, dan dia berkata bahwa karena Bertha sudah sangat baik, dia akan diperbolehkan masuk ke sebuah taman di luar kota seminggu sekali. Itu adalah taman yang sangat cantik dan tidak ada seorang anak pun yang boleh masuk. Jadi itu adalah kehormatan untuk Bertha untuk bisa masuk ke taman itu.”

“Apa ada domba di taman itu?” tanya Cyril.

“Tidak,” jawab laki-laki itu.

“Mengapa?” tanya Cyril lagi. Bibi tersenyum mengejek mendengar pertanyaan Cyril.

“Tidak ada domba di taman itu,” lanjutnya. “Karena ratu pernah bermimpi bahwa anaknya mungkin akan terbunuh oleh seekor domba atau jam dinding yang jatuh. Karena alasan itulah pangeran tidak pernah memelihara domba atau memiliki jam dinding di istananya.”

“Tidak ada seekor domba pun di taman itu, tapia da banyak babi berlarian di dalam taman. Tapi Bertha kecewa karena tidak menemukan bunga di taman itu. Dia sudah berjanji pada bibinya dengan air mata bahwa dia tidak akan memetik satu tangkai bunga dari taman itu dan dia ingin menepati janjinya. Jadi, Bertha merasa kecewa.”

“Mengapa tidak ada bunga?”

“Karena babi-babi sudah memakan semuanya. Tukang kebun istana sudah memberitahu pangeran bahwa tidak bisa memelihara babi dan bunga bersamaan. Dan pangeran memilih memelihara babi tanpa bunga.”

Taman tanpa bunga
Taman tanpa bunga

“Ada banyak hal menarik lainnya di taman. Ada kolam ikan dengan ikan berwarna-warni, dan pohon-pohon dengan burung yang cantik. Bertha berjalan dengan melompat kecil menikmati waktunya di taman. Dan berpikir, ‘Kalau aku tidak bersikap sangat sangat baik, aku tidak akan diperbolehkan masuk ke taman ini dan menikmati semuanya.’ Dan ketiga medalinya saling berdenting saat dia berjalan dan mengingatkannya betapa dia sudah menjadi anak yang sangat baik.”

“Tiba-tiba seekor serigala besar jalan di dalam taman, mengamati apakah ada mangsa yang bisa dijadikan makanannya.”

Bertha dikejar serigala
Bertha dikejar serigala

“Apa warnanya?” tanya salah satu anak.

“Warna coklat, dengan lidah hitam dan mata abu-abu yang sangat garang. Hal pertama yang dilihat serigala itu adalah Bertha. Bajunya putih dan sangat bersih sehingga mudah dilihat dari kejauhan. Bertha melihat serigala itu mengamati dirinya dan dia mulai berharap dia tidak pernah diizinkan masuk ke taman itu. Dia lari sekencang yang dia bisa, dan serigala itu mengejarnya dengan sangat cepat. Bertha berhasil menggapai semak-semak tanaman myrtle dan bersembunyi di sana. Serigala itu mengendus di sekitar semak. Lidahnya yang hitam dan Panjang menjulur keluar dengan liur menetes. Bertha sangat ketakutan dan berpikir, ‘Kalau aku tidak menjadi anak yang sangat sangat baik, aku pasti sudah selamat di kota saat ini.’”

Bertha bersembunyi di semak myrtle
Bertha bersembunyi di semak myrtle

Namun, aroma myrtle sangat kuat dan semak itu sangat tebal serigala itu tidak bisa menemukan di mana Bertha bersembunyi. Serigala itu berpikir untuk pergi dan mencari mangsa yang lain. Bertha sangat ketakutan dan gemetar dengan serigala mengendus di dekatnya. Dan karena gemetaran, medali-medali yang ada di baju Bertha saling berdenting. Serigala yang akan pergi mendengar medali-medali itu berdenting. Dia mendengarkan dengan hati-hati, suara itu ada di semak di dekatnya. Dia langsung menyergap semak tempat asal suara denting itu, dan menarik Bertha keluar dan mencabik-cabik Bertha hingga tinggal tersisa sepatu, sobekan bajunya, dan ketiga medali kebaikannya.”

“Apakah ada babi yang terbunuh?” tanya seorang anak.

“Tidak, semua babi berhasil kabur,” jawab laki-laki itu.

“Awal ceritanya buruk, tapi memiliki akhir yang bagus,” kata anak lainnya.

“Itu adalah cerita paling bagus yang pernah aku dengar,” timpal lainnya.

“Itu adalah satu-satunya cerita bagus yang pernah aku dengar,” tambah Cyril.

Bibi pun mengutarakan pendapatnya, “Cerita yang paling tidak cocok diceritakan pada anak-anak! Anda sudah merusak bertahun-tahun didikan yang baik.”

“Paling tidak saya sudah membuat mereka diam selama sepuluh menit, lebih baik dari yang bisa Anda lakukan,” jawab laki-laki tersebut sambil mempersiapkan diri untuk turun dari kereta.

Apakah Cerita Laki-Laki Tersebut Layak Diceritakan?

Setelah membaca cerita “The Storyteller” karya Saki, apakah cerita seperti itu layak diceritakan kepada anak-anak? Silakan menuliskan pendapat di dalam kolom komentar, dan ikuti pembahasan serunya di IG Live bersama founder Klub Dongeng di Instagram Rumah Bunda.

ngobrol di rumah bunda dongeng anak dulu dan sekarang
Instagram Live ‘Ngobrol di Rumah Bunda – Dongeng Anak: dulu dan sekarang’

Baca juga artikel lainnya: