Selama ini kita mengenal bahwa susu sapi murni yang masih mentah kaya akan nutrisi dan dapat menjadi pelengkap nutrisi yang berguna bagi tumbuh kembang bayi dan anak setiap hari. Namun tidak sedikit orangtua yang tidak menyadari kalau sebenarnya memberikan susu sapi murni (mentah) pada bayi dan anak dengan usia kurang dari 12 bulan dapat membahayakan kesehatannya. Berikut adalah alasan bahaya susu sapi murni untuk bayi dan anak.

5 Bahaya Susu Sapi Murni untuk Bayi dan Anak

1. Memiliki risiko infeksi bakteri

Susu sapi murni tidak dianjurkan untuk diberikan pada bayi dan anak di bawah 12 bulan karena susu sapi murni tidak steril. Kandungan susu sapi murni dapat terkontimasi bakteri berbahaya seperti Salmonella E Colli dan Campylobacter.

Jika terkena infeksi bakteri, maka bayi dapat mengalami iritasi gastrointestinal. atau infeksi yang menyerang lambung dan usus kecil. Infeksi ini dapat menyebabkan muntah-muntah dan bahkan diare berkelanjutan.

2. Dapat menyebabkan anemia defisiensi besi

5 Alasan Bahaya Memberikan Susu Sapi Murni Pada Bayi dan Anak
Susu sapi murni tidak dapat dicerna oleh bayi dan anak di bawah usia 1 tahun.
Image by Gundula Vogel from Pixabay

Bayi atau anak dibawah tiga tahun masih membutuhkan zat besi, vitamin C, dan asam folat guna membentuk sel darah merah dan membantu proses produksi DNA. Sayangnya susu sapi murni tidak memiliki kandungan tersebut yang cukup untuk memenuhi kebutuhan batita.

Bahkan pada batita, protein susu sapi dapat mengiritasi lapisan lambung dan usus yang menyebabkan keluarnya darah pada tinja. Dengan begitu, batita dapat mengalami anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi dan sel darah merah.

Oleh karena itu pemerintah Indonesia sangat menganjurkan para ibu untuk memberikan ASI eksklusif wajib pada 6 bulan pertama kehidupan bayi. Pemberian asi ekslusif dapat berlangsung sampai anak berusia 2 tahun yang didampingi makanan/minuman mpasi.

3. Susu sapi murni memiliki nutrisi berlebih

Kandungan protein, elektrolit kalium dan antrium yang terdapat pada susu sapi murni tergolong tinggi dibandingkan dengan ASI. Sistem pencernaan pada bayi masih sensitif dan belum sempurna. Oleh karena itu jika bayi mengkonsumsi susu sapi murni dapat memperberat beban kerja ginjalnya yang masih berkembang.

4. Memicu reaksi alergi dan intoleransi laktosa

Bayi dapat mengalami alergi dan intoleransi laktosa jika mengonsumsi susu sapi murni.
Image by ExergenCorporation from Pixabay

Alergi susu sapi dan intoleransi laktosa adalah dua hal yang berbeda namun paling sering terjadi pada bayi dan anak kurang dari tiga tahun. Bayi yang memiliki alergi susu dikarenakan sistem kekebalan tubuhnya menganggap kandungan protein susu berbahaya bagi tubuhnya. Gejalanya dapat bervariasi, seperti muntah, muncul ruam atau bentol pada kulit, batuk, pilek, diare, gangguan pernafasan (nafas berbunyi atau sesak nafas).

Sedangkan intoleransi laktosa pada batita disebabkan karena sistem pencernaan bayi belum mampun mencerna laktosa atau kandungan gula yang terdapat di dalam susu. Adapun gejalanya dapat berupa perut kembung, muntah, nyeri perut, dan diare.

5. Susu sapi murni mudah rusak

Susu sapi murni yang masih mentah memiliki kandungan air yang tinggi. Oleh karena itu daya simpannya tidak lebih dari 2-3 jam pada suhu ruang. Karena belum dilakukan pasteurisasi, maka susu tersebut mudah terkontaminasi baktei dan basi. Hal ini tentunya dapat berisiko jika diberikan kepada bayi yang sistem pencernaannya masih sensitif.

Kapan anak boleh minum susu sapi?

Sippy cup. Image by Stephanie McNeil from Pixabay

Susu sapi dapat diperkenalkan kepada anak setelah berusia satu tahun atau usia 12 bulan keatas. Hal ini dikarenakan sistem pencernaannya sudah siap untuk mencerna dengan baik.

Untuk tahap awal perkenalan, pastikan susu tersebut masih dalam kondisi yang baik dan dimasak (pasteurisasi) dengan benar. Berikan sekitar 100 ml susu tanpa gula atau perasa lainnya dengan menggunakan sippy cup.

Setelahnya, lakukan observasi untuk mengetahui reaksi yang mungkin ditimbulkan setelah anak menghabiskan susu. Seperti mengecek feses, alergi, atau kondisi perut pada anak. Jika ada reaksi yang tidak baik, sebaiknya segera dihentikan dan konsultasi ke dokter.

Baca juga artikel yang lainnya: