Menghadapi seseorang yang melakukan silent treatment tentu sangat melelahkan, apa lagi jika berlangsung selama berhari-hari sampai berbulan-bulan. Maka, untuk menghentikannya, kamu perlu menggunakan beberapa trik yang sesuai dengan tujuan pelaku. Kamu juga harus waspada jika ada kekerasan emosional.

Kalau kamu perlu penjelasan tentang arti, ciri-ciri sikap, dan dampak buruk silent treatment, kamu bisa baca tulisan ini.

Trik menghadapi silent treatment 

1. Amati kemungkinan penyebabnya

Biasanya, seseorang melakukan silent treatment karena alasan-alasan ini:

  • tidak tahu cara mengungkapkan masalah atau perasaannya
  • menghindari konflik atau pertengkaran
  • ingin menunjukkan kekesalannya
  • memberikan hukuman pada target
  • membuat target merasa bersalah

Dari kelima alasan tersebut, dua poin terbawah merupakan tindakan manipulatif dan mengindikasikan kekerasan emosional.

2. Jangan ikut ngambek

ikut-ikutan ngambek
Saling mengabaikan. Foto: Freepik.com

Meniru sikap pelaku adalah cara yang paling lazim untuk mengatasi ketidaknyamanan karena menerima perlakuan silent treatment. Sayangnya, strategi ini dapat memperburuk hubungan.

Dahulu, saya selalu ikut-ikutan diam jika menerima perlakuan silent treatment. Saya tidak pernah berinisiatif untuk mengajak bicara. Suatu ketika, orang itu tiba-tiba kembali seperti semula, seolah tidak terjadi apa-apa. Akibatnya, kami tidak pernah membahasnya sehingga perlakuan silent treatment menjadi sebuah kebiasaan.

Dalam pengalaman lain dengan sahabat saya, hubungan kami benar-benar berakhir karena kami tidak berbicara sama sekali.

3. Beri waktu dan ambil jarak

Baik pelaku maupun target butuh waktu untuk cool off. Biarkan dia sendiri dan tenangkan dirimu agar tidak tersulut emosi. Tetapi, jangan menunggu terlalu lama. Jika sampai berhari-hari, ada dua kemungkinan: pelaku gengsi untuk memulai percakapan atau sengaja melakukannya untuk memanipulasimu secara psikologis.

4. Ajak bicara dengan penuh empati

bicara di tempat yang tenang.
Bicara di tempat yang tenang. Foto: Pexels.com oleh Elijah O’Donnell

Setelah tenang, mulailah percakapan secara pribadi. Sebaiknya, hindari tempat yang ramai dan buat suasana nyaman. Pahamilah perasaannya lebih dulu, lalu ungkapkan perasaan atau keinginanmu.

Kamu bisa mencontoh kalimat ini:
Aku tahu kamu sedang mengabaikanku selama ini. Karena itu, aku berharap kamu mau memberitahuku alasannya karena aku ingin hubungan kita tetap berlanjut. Aku yakin kamu juga berpikir begitu. Apakah kamu ada waktu besok? Aku bersedia mendengarkan penjelasanmu dan kita bisa selesaikan masalah ini bersama.”

Jika dia menolak atau tidak merespons dalam waktu yang lama, ini bisa menjadi salah satu tanda kekerasan emosional.

5. Tenang dan percaya diri

Sikap netral yang ditunjukkan oleh penerima silent treatment dapat membuat pelaku merasa aman sehingga lebih terbuka untuk mengungkapkan perasaannya. Ketika akhirnya dia mau berbicara, dengarkan seluruh penjelasannya. Selain itu, jangan menyalahkan atau membuat pembelaan diri.

Terkhusus untuk tipe silent treatment yang manipulatif, kamu harus berperilaku seakan-akan tidak terganggu atau terpengaruh olehnya. Jangan tunjukkan sisi lemahmu, misalnya dengan memohon-mohon atau meminta maaf berlebihan. Sikap tersebut justru akan menegaskan kekuasaannya terhadapmu dan membuat silent treatment menjadi senjata yang bisa digunakannya lagi.

6. Meminta maaf jika memang salah

Meskipun silent treatment tidak bisa dibenarkan, mungkin saja perkataan atau sikapmu telah menyakitinya. Jadi, mintalah maaf atas apa yang kamu lakukan atau katakan, bukan menyalahkan diri sendiri demi menghentikan perlakuannya padamu.

Sampaikan permintaan maafmu seperti ini:
“Aku minta maaf kalau ada perkataan atau perbuatanku yang menyakitimu. Tetapi, aku tidak bisa menerima caramu mengabaikanku. Kamu bisa bilang kalau kamu perlu waktu untuk sendiri. Aku akan mengerti dan menghargai itu.”

7. Ceritakan masalahmu agar dibantu

mencari penengah dalam konflik silent treatment
Mencari bantuan untuk mengatasi konflik. Foto: Freepik.com

Jika semua trik di atas tidak berhasil, saatnya kamu mencari penengah atau perantara. Pihak ketiga ini bisa orang terdekat, atasan (atau orang yang dihormati), atau konselor. Berceritalah hanya pada orang yang kamu percaya dan bisa diandalkan untuk membantu sekaligus menjaga rahasia.

8. Lakukan self-love

Kamulah yang paling mengerti dirimu. Jika silent treatment sudah sangat menyakitkan, keluarlah dari lingkaran toksik itu. Ada dua cara yang bisa kamu pilih: memutuskan hubunganmu dengannya atau tetap tinggal namun tidak membiarkan dirimu menderita karena perlakuan tersebut.

Rawat dan sayangilah dirimu sendiri. Kamu bisa menyibukkan diri dengan kegiatan positif atau mencoba berbagai cara self-healing.

Kunci utama dalam menghadapi silent treatment

Komunikasi yang sehat adalah kunci dalam menjalin hubungan. Namun, ketika mengalami perlakuan silent treatment, pahami dulu karakter dan tujuan pelaku agar dapat menentukan langkah yang tepat.

Tidak ada pihak yang menang atau kalah. Semua trik menghadapi silent treatment di atas bertujuan untuk memperoleh solusi demi kepentingan bersama.

Baca juga artikel lainnya: